KESEIMBANGAN INDERA-AKAL-HATI
Disusun untuk memenuhi tugas
mandiri
Mata Kuliah : Filsafat Umum
Dosen : Dr.H.Djono,M.Ag.
NAMA :AZMY HUNAINA
NIM : 14121110040
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) D/I
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
SYEKH NURJATI CIREBON
2012/1433 H
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT karena atas berkat,rahmat dan karunianya saya dapat melaksanakan tugas makalah PKN yang berjudul “Implementasi Kurikulum 2006 dalam Pembelajaran PKN” yang bertujuan untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan menunjang proses kegiatan belajar mandiri atau individu.
Saya
menyadari sepenuhnya tugas
ini,karena keterbatasan pengetahuan
dan kemampuan yang
saya miliki. Semoga tugas
makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi
saya dan umumnya
bagi para pembaca.
Saya
mengharapkan saran dan
kritiknya demi perhatian
dimasa yang akan
datang,tidak pula saya
ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya pada
pihak yang telah
membantu saya baik
moril maupun materil.
Cirebon, Desember 2012.
Penyusun,
i
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 1
1.3
Maksud dan Tujuan...................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Perkembangan Keseimbangan akal.............. 2
2.2
Teori Sains Sebelum di Ukur oleh Filsafat................. 3
2.3
Dasar Potensi Manusia dalam Memperoleh Pengetahuan... 4
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................... 6
3.2
Saran............................................................................. 6
Daftar Pustaka
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
perkembangan sejarah,indera dan akal kelihatannya bersatu pada satu kubu menjadi kubu akal,dan di pihak lain
kubu hati. Akhirnya dapat disaksikan dalam kilatan sejarah filsafat bahwa akal
dan hati itulah bertarung mati-matian dalam memperebutkan dominasi menguasai
jalan hidup manusia. Di tengah-tengah pertarungan itu ada memang nuansa-nuansa
pertarungan itu lebih jelas dilihat.
Orang Yunani
sebenarnya belum terlepas benar-benar dari mitos yang dianut mereka tatkala
mereka mulai berfilsafat. Filsafat Tahles,menurut para ahli masih banyak di
pengaruhi oleh mitos. Akan tetapi,pada filosof sofis,akal benar-benar telah
menguasai jalan hidup orang Athena.
1.2 Rumusan Masalah
1. Jelaskan
sejarah perkembangan keseimbangan akal?
2. Bagaimanakah
teori sains sebelum diukur dengan ukuran filsafat?
3. Apakah
dasar potensi manusia dalam memperoleh pengetahuan?
1.3 Maksud dan
Tujuan
Untuk mengetahui
dan mempelajari lebih dalam lagi tentang keseimbangan indera,akal,dan hati agar
lebih dapat dipahami dan dimengerti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Perkembangan Keseimbangan Akal
Pada Abad Pertengahan,terutama sejak
tahun 200-an,akal kalah total dan iman (agama kristen) menang mutlak. Keadaan
ini seharusnya telah dapat diperhitungkan sebelum terjadi. Filosof-silosof
penting abad ini semuanya lebih mementingkan rasa (iman) ketimbang akal. Karena
itulah Descartos,tokoh utama dan pertama filsafat modern,berusaha melepaskan
filsafat dan sains dari cengkraman Gereja. Ia menyatakan bahwa dasar filsafat
haruslah akal,bukan yang lainnya jadi bkan juga agama.
Kita ketahui bahwa dominasi akal
yang keterlaluan sama saja akibatnya dengan dominasi Kristen yang keterlaluan.
Kerja sama akal dan hati di jalur Timur juga kurang harmonis,tetapi akibatnya
tidak seperti di Barat Kristen. Semenjak Descartes mencanangkan kuasa
akal,muncullah banyak sekali filosof besar. Orang-orang rasionalis dan idealis
telah mencanangkan kuasa akal dan benda-benda fisik tidak real.
Orang- orang empiris juga
mencanangkan kuasa akal. Hasilnya ialah peniadaan roh atau spirit,yang ada hanyalah benda-benda
empiris. Yang dipegang ialah pandangan skeptis Hume itu. Skeptisme itu berlaku
juga untuk pandangan filsafat,sains,dan agama. Kant melihat hal ini sangat
berbahaya,suasana pemikiran yang dihadapi oleh Kant esensinya sama dengan
suasana pemikiran yang di hadapi oleh Socrates kurang lebih 2000 tahun sebelum
Kant,yaitu suasana pemikiran yang merelatifkan sains dan agama secara
keseluruhan.
Pada zaman Socrates,ingatlah tatkala
“anak panah yang bergerak dengan cepat dapat di buktikan diam” di satu
pihak,”semua bergerak” di pihak lain. Socrates berhasil menyelamatkan masalah
ini dengan mengajukan argumen yang
membuktikan bahwa ada kebenaran sains yang tidak relatif. Di samping itu
Socrates juga mengakui juga bahwa bagian yang relatif pada sains juga ada,yaitu
ciri-ciri aksidensi. Socrates relaif telah menghentikan laju relatifisme dalam
kebenaran yang diajarkan oleh orang-orang sofis tersebut,sekalipun harus di
bayarkan dengan menjalani hukuman mati.
Tugas Kant dan Socrates adalah
menyelamatkan sains dan agama dari gangguan skeptisme. Skeptisme itu pada
dasarnya sama dengan esensi filsafat
sofisme yang menganggap semua kebenaran itu relatif. Socrates dan Kant
mati-matian menghentikan relativisme kebenaran. Pendapat yang mengatakan bahwa
semua kebenaran itu relatif (termasuk agama)adalah pendapat yang sanagt
berbahaya.
Konsekuensi pandangan ini ialah
kekacauan (chaos). Karena sains itu relatif maka tidak akan kebenaran yang di
pegang (di percaya) bersama. Akibatnya ialah tidak ada sesuatu yang menjadi
tali pengikat dalam hubungan-hubungan sosial. Kita memperoleh pelajaran yang
sangat penting dari mempelajari Socrates dan Kant.
Pelajaran penting itu ialah
kira-kira begini : penggunaan logika secara bebas tidak akan dapat
menyelamatkan manusia. Janganlah
hendaknya penduduk bumi ini menguntungkan nasibnya pada logika,yaitu pada
kebenaran yang ditemukan oleh akal logis. Sejarah telah memperlihatkan
sekurang-kurangnya dua hal dalam hubungan ini :
1. Logika
dapat bentrokan dengan logika
2. Logika
bebas menghasilkan kehidupan tanpa pegangan yang pasti
2.2
Teori
Sains sebelum di Ukur dengan Ukuran Filsafat
Sebagian
teori sains tidak relatif,sebagian lagi relatif. Bukti-bukti empiris
menjelaskan hal itu. Lihatlah contoh harga beras. Tidak seorang pun akan
mengingkari,tidak akan ada perbedaan pendapat bahwa bila hari hujan
terus-menurus,maka harga beras akan naik. Bukti-bukti itu dapat disaksikan oleh
semua orang. Ini salah satu alur pemikiran. Sains dapat juga relatif bila teori
sains tentang satu masalah lebih dari satu dan teori itu berbeda atau
bertentangan. Akhirnya dapat saja terjadi seseorang memegang teori sains dengan
yang satu,yang lain memegang yang lain.
Selain
itu,kerelatifan sains dapat berasal dari
keterbatasan alat-alat ukur yang digunakan oleh sains itu sendiri. Alat ukur
dalam sains adalah benda-benda kongkret,jadi empiris. Empiris artinya
menggunakan indera jasmani. Indera jasmani itu mempunyai keterbatasan,dapat
berbeda. Kesimpulannya ialah,dilihat dari ukuran sains,sains itu ada bagiannya
yang objektif dan ada bagiannya yang relatif. Bagaimana pun keadaan sains,ia dapat diandalkan dalam arti
dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan hidup manusia. Dalam hal seperti
ini,sesungguhnya sama saja,apakah ia mempunyai dasar apriori atau tidak.
2.3
Dasar
Potensi Manusia dalam Memperoleh Pengetahuan
Potensi
–potensi itu dapat di pahami lebih jelas bila kita memperhatikan cara
memperoleh pengetehuan. Secara umum manusia memperoleh pengetahuan melalui tiga
jalan,masing masing pada dasarnya melalui tiga potensi manusia. Pertama,potensi
jasmani yang berupa indera potensi ini dapat di gunakan untuk memperoleh
pengetahuan empiris. Di dalam filsafat pengetahuan yang di peroleh dengan cara
ini,dengan bantuan akal,di sebut pengetahuan sains.
Kedua,potensi
akal potensi ini digunakan tatkala ingin memperoleh pengetahuan tentang obyek
yang tidak dapat di indera (tidak empiris),tetapi dapat di pikirkan secara
logis. Melaui cara ini manusia memperoleh pengetahuan rasional atau pengetahuan
logis.
Pengetahuan ini disebut penegetahuan
filsafat. Didalam filsafat pengetahuan,cara ini disebut cara rasionalisme.
Paradigma yang di gunakan ialah paradigma logis (logical paradigm).
Ketiga,potensi hati (suara hati). Didalam filsafat Kant,seperti yang diuraikan
sebelum ini,potensi ini disebut kategori imperatif atau moral yang absolut.
Istilah hati yang di gunakan di sini mewakili suatu pengertian yang khusus.
Dengan
menggunakan potensi ini manusia dapat memperoleh pengetahuan mistik.
Pengetahuan mistik yang dimaksud ialah semua pengetahuan yang mengenai daerah
suprasional (supralogis,gaib). Berbagai hal tentang agama,seperti iman,termasuk
kedalam pengetahuan ini. Dalam kenyataannya potensi itu saling membantu dan
memperoleh pengetahuan.
Tatkala
seorang bekerja untuk memperoleh pengetahuan sains,potensi inderalah yang
berperan paling besar. Dan juga akan kelihatan ukuran kebenaran teori sains
pada akhirnya di tentukan oleh ukuran bersifat material,inderawi. Dengan
kemampuan indera semata,manusia tidak akan memperoleh sains yang bermutu
tinggi,bahkan banyak yang salah.
Keterbatasan
indera pada dasarnya terletak pada dirinya sendiri. Oleh karena itu,ia
memerlukan bantuan akal dalam memperoleh pengetahuan sains yang benar. Karena
kenyataan inilah maka dikatakan pengetahuan sains ialah pengetahuan yang logis
dan mempunyai empiris. Logis maksudnya mempunyai hubungan sosial sebab akibat.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan
uraian itu jelaslah bahwa hati dapat juga digunakan sebagai alat untuk
memperoleh pengetahuan. Sebenarnya didalam hidup ini indera,akal,dan hati harus
diperhatikan sekurang-kurangnya sama besar kalau tidak dapat dikatakan hati
lebih dipentigkanuntuk diperhatikan. Bila ingin sempurna,manusia harus
didominasi secara seimbang oleh indera,akal,dan rasa (hati,imannya).
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa dan mahasiswi IAIN Syekh Nurjati Cirebon untuk di masa yang akan
datang.
Daftar Pustaka
Mehra,Partap sing den Jazir Burhan,1986,Pengantar
Logika Tradisional,Bandung:
Binatjipa.
Nasution,Harun,1982,Akal dan Wahyu dalam Islam,Jakarta:Universitas Indonesia
Tafsir,Ahmad,2000, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra,
Bandung:Rosdakarya.
No comments:
Post a Comment